Rumah Bolon Anjungan Sumatera Utara TMII tidak sesuai dengan aslinya ?
Gambar 1. Rumah Bolon
Sumber: Manik.web.id
Sumber: Manik.web.id
Suku bangsa Batak terbagi atas 6 anak suku, yaitu Batak Karo, Batak
Simalungun, Batak Pakpak, Batak Toba, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.
Setiap suku memiliki seni arsitektur yang menarik.
Rumah Adat Batak Toba yaitu Rumah Bolon (Rumah Gorga atau Jabu Si
Baganding Tua). Biasanya Rumah terdiri atas Rumah dan juga sopo (lumbung padi)
yang berada di depan rumah. Rumah dan sopo dipisahkan oleh pelataran luas yang
berfungsi sebagai ruang bersama warga huta.Rumah adat dengan banyak hiasan
(gorga), disebut Rumah Gorga Sarimunggu atau Jabu Batara Guru. Sedangkan rumah
adat yang tidak berukir, disebut Jabu Ereng atau Jabu Batara Siang. Rumah
berukuran besar, disebut Rumah Bolon. dan rumah yang berukuran kecil, disebut
Jabu Parbale-balean. Pada rumah Adat Batak juga terdapat banyak ukiran yang
disebut gorga. Warna-warna yang dipilih adalah merah, hitam dan putih, yang
maksudnya adalah warna dari alam yang mengacu pada flora dan fauna.
Rumah adat bagi orang Batak didirikan bukan hanya sekedar tempat
bemaung dan berteduh dari hujan dan panas terik matahari semata tetapi
sebenanya sarat dengan nilai filosofi yang dapat dimanfaatkan sebagai pedoman
hidup.Beragam pengertian dan nilai luhur yang melekat dan dikandung dalam rumah
adat tradisionil yang mestinya dapat dimaknai dan dipegang sebagai pandangan
hidup dalam tatanan kehidupan sehari-hari, dalam rangka pergaulan antar
individu.
Rumah adat Batak Toba yang disebut Rumah Bolon, berbentuk empat
persegi panjang dan kadang-kadang dihuni oleh 5 sampai 6 keluarga batih. Lantai
rumah kadang-kadang sampai 1,75 meter di atas tanah, dan bagian bawah dipergunakan
untuk kandang babi, ayam, dan sebagainya. Dahulu pintu masuk mempunyai 2 macam
daun pintu, yaitu daun pintu yang horizontal dan vertikal, tapi sekarang daun
pintu yang horizontal tak dipakai lagi. Untuk memasuki rumah harus menaiki
tangga yang terletak di tengah-tengah rumah, dengan jumlah anak tangga yang
ganjil.
Gambar 2. Denah dan potongan melintang Rumah Bolon
Sumber: Soeroto
(2003: 104-105)
Bila orang hendak masuk rumah Batak Toba harus menundukkan kepala
agar tidak terbentur pada balok yang melintang, hal ini diartikan tamu harus
menghormati si pemilik rumah. Ruangan dalam rumah adat merupakan ruangan terbuka
tanpa kamar-kamar, walaupun berdiam disitu lebih dari satu keluarga, tapi bukan
berarti tidak ada pembagian ruangan, karena dalam rumah adat ini pembagian
ruangan dibatasi oleh adat mereka yang kuat. Ruang dalamnya terbagi menurut
struktur adat Dalihan Natolu, yakni sistem kekerabatan suku Batak Toba. Karena
itu ruma terbagi atas jabusoding, jabu bona, jabo
tonga-tonga, jabu sukat, jabu tampar piring, dan jamhur. Jabu bona dan jabu
tampar piring di sisi kanan, sedang jabu soding dan jabu sukat di sisi kiri.
Dekat pintu terletak jamhur, sedang dapur di antara jabu tonga-tonga, jabu
bona, dan jabu soding. Setiap jabu mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Jabu
bona berfungsi sebagai tempat tinggal pemilik rumah dan tempat menerima upacara
adat Jabu tampar piring tempat saudara pria pihak istri (hula-hula) serta
tempat duduk anggi ni partibi (semarga yang bungsu). Jabu soding adalah tempat
anak gadis pemilik rumah dan tempat upacara adat. Jabu sukat untuk tempat
tinggal anak laki-laki pemilik rumah serta tempat duduk para boru. Sedangkan
jabu tonga-tonga untuk tempat berkumpul seisi rumah.
Gambar 3. Axonometri konstruksi atap Ruma Bolon
Sumber: Indonesian Heritage (1998: 10)
Ciri
Khas Rumah Bolon:
1. Adanya perpaduan seni pada rumah yaitu Seni Pahat (pada Gorga), Seni Ukir (pada dinding berupa ukiran cicak, dsb), dan Seni Kerajinan (pada pemasangan atap dan penyambungan tiang-tiang menggunakan tali ijuk).
1. Adanya perpaduan seni pada rumah yaitu Seni Pahat (pada Gorga), Seni Ukir (pada dinding berupa ukiran cicak, dsb), dan Seni Kerajinan (pada pemasangan atap dan penyambungan tiang-tiang menggunakan tali ijuk).
2. Bentuk Rumah melambangkan "Kerbau Berdiri
Tegak".
3. Menghias beberapa bagian rumah dengan tanduk
kerbau. Ada yang menghiasnya pada bagian luar rumah (dinding luar
rumah) dan ada yang menghiasnya pada bagian dalam rumah (interior).
4. Bangunan dibuat berdasarkan musyawarah dengan
orangtua dan keluarga lainnya. Hal ini dikarenakan rumah dipakai
untuk beberapa keluarga sehingga untuk membangun suatu
rumah dibutuhkan musyawarah terlebih dulu.
5.
Bagian bawah rumah seringkali dijadikan tempat berternak.
TRITUNGGAL BANUA
1.
Atap rumah atau Banua Atas/Banua Ginjang dipercaya sebagai tempat
dewa.
2.
Lantai dan dinding atau Banua Tengah/Banua Tonga sebagai tempat
manusia.
3. Kolong atau Banua
Bawah/Banua Toru sebagai tempat kematian.
Gambar 4 : Tritunggal Banua
Sumber : radentirta.blogspot.co.id
Seiring perkembangan zaman, rumah
tradisional semkain ditinggalkan dan tidak dipakai lagi sebagai rumah tinggal. Salah
satu upaya pelestarian Indonesia untuk mempertahankan rumah tradisional adalah
dengan membangun duplikat rumah adat pada TMII. Membangun ruma adat Bolon pada
anjungan Sumatera Utara. Akan tetapi terdapat beberapa bagian yang tidak sesuai
dengan bangunan aslinya pada bangunan yang dibangun tesebut.
Gambar 4 : Rumah Bolon TMII
Sumber : Wikipedia
Bangunan tersebut telah dibangun dengan tujuan mempertahankan wujud asli
dari rumah bolon sesungguhnya. Akan tetapi terdapat beberapa ketidaksesuaian
antara bangunan yang berada pada anjungan TMII dan bangunan tradisional
aslinya. Tentunya ketidaksesuaian tersebut akan memberikan kesan yang berbeda, sehingga
memberikan penilaian dan pengetahuan yang salah akan rumah bolon sesungguhnya.
Pertama adalah ukuran bangunan yang tidak sesuai dengan yang asli. Ukuran
bangunan yang berada pada anjungan TMII lebih besar dari yang aslinya. Ukuran tersebut
2 kali lebih besar daripada rumah bolon pada umumnya. Ukuran tersebut merupakan
rencana pembangunan rumah bolon pada TMII, dan ditujukan agar memberikan bangunan
yang lebih besar dan dapat dikunjungi oleh banyak orang, karena peruntukan
bangunan adalah sebagai tempat kunjungan. Akan tetapi pada dasarnya ukuran ruma
bolon tidak sebesar ruma bolon pada anjungan TMII.
Kedua pada bagian pintu masuk pada rumah bolon tersebut. Pintu masuk
pada rumah bolon pada dasarnya berada pada bagian fasad depan bangunan, dan
untuk memasukinya harus melalui tangga yang berada dibawahnya. Tangga yang
berada di bawah pintu masuk juga memiliki jumlah anak tangga yang memiliki arti
tertentu. Pada rumah bolon di anjungan TMII, pintu masuk dan tangga yang berada
didalamnya tidak sesuai dengan aslinya. Pintu rumah bolon TMII memiliki ukuran
yang lebih besar, dan berada di dalam ruangan, padahal pada bangunan aslinya pintu
masuk rumah bolon berada pada fasad bangunan. Sama halnya dengan tangganya,
tangga pada rumah bolon TMII, berada di dalam ruangan dan terbuat dari beton. Pada
dasarnyta tangga pada rumah bolon berada di luar bangunan, dan terbuat dari
balok kayu. Ukuran pintu masuk juga tidak sesuai dengan filosofi yang
dimaksudkan pada rumah bolon. Ukuran pintu masuk rumah bolon berukuran kecil,
sehingga membuat ssetiap orang yang masuk kedalamnya menunduk dengan tujuan menghormati
pemilik rumah, jadi pintu masuk rumah bolon TMII, tidak memberikan filosofi
yang sesungguhnya dari pintu masuk pada rumah bolon. Akan tetapi pada tempat
aslinya posisi daripada tangga dan pintu masuk tersebut juga berbeda beda,
karena ada juga rumah bolon yang memposisikannya pada bagian dalam rumah bolon
tersebut.
Berikutnya terdapat pada bangian bawah rumah bolon yang filosofinya
sebagai banua toru atau tempat kematian. Kolong rumah bolon merupakan suatu
tempat yang diperuntukkan sebagai tempat penyimpanan barang, dan tempat ternak
sperti babi, ayam, dll. Pada anjungan TMII bagian kolong rumah bolon tersebut
adalah bagian yang tidak sesuai dengan kolong rumah bolon asli. Kolong pada
rumah bolon merupakan perpaduan dari balok dan kolom yang menjadi tumpuan rumah
bolon, dan biasanya terbuat dari kayu. Kolong tersebut juga tidak terdapat
ruangan khusus di dalamnya, jadi hanya kolom dan balok yang menjadi tumpuan
rumah bolon tersebut. Pada anjungan TMII, kolong rumah bolon tersebut tidak
sesuai. Kolong tersebut seharusnya kosong dan tidak terdapat ruangan berdinding
di dalamnya, tetapi pada anjungan TMII kolong rumah bolon teridiri dari kolom
dan terdapat ruangan berdinding di dalamnya yang digunakan sebagai tempat
penyimpanan beberapa peninggalan suku batak toba. Sehingga kolong rumah bolon
TMII, tidak memberikan pesan penuh bahwa sebenarnya kolong pada rumah bolon
digunakan sebagai tempat ternak dan penyimpanan barang.
Masih terdapat beberapa hal dan bagian yang tidak sesuai antara rumah
bolon di TMII dengan rumah bolon aslinya, seperti bahan, material, posisi
ruang, dan lain sebagainya. Akan tetapi pada umumnya rumah bolon di TMII sudah
memiliki bentuk dan wajah yang menyerupai aslinya.
Sumber :
Soeroto, Myrtha. 2003, Dari Arsitektur Tradisional Menuju
Arsitektur Indonesia .Ghalia Indonesia: Jakarta
http://radentirta18.blogspot.co.id/2016/11/analisa-rumah-adat-sumatera-utara.html
https://www.academia.edu/25289997/Rumah_adat_batak?