Keindahan Danau Toba Harus Tetap Dijaga
Upaya pelestarian kawasan ekosistem Danau Toba sebagai salah satu
obyek wisata andalan Provinsi Sumatera Utara sudah sejak lama
dikumandangkan. Danau Toba pernah mengalami kejayaan dengan arus
kunjungan wisata sangat tinggi. Sejak krisis ekonomi melanda negeri
ini, perlahan-lahan jumlah kunjungan wisatawan ke kawasan ini pun
semakin menurun. Masyarakat yang dulu pernah merasakan nikmatnya uang
dolar masih terbuai. Akibatnya, beberpa pengusaha hotel dan penginapan
di kawasan Danau Toba saat ini banyak yang gulung tikar dan menjualnya
ke orang lain.
Terlepas dari makin berkurangnya arus kunjungan
wisatawan ke kawasan wisata Danau Toba, saat ini yang menjadi
perbincangan hangat adalah perlunya revitalisasi pariwisata Danau Toba
dan pentingnya tata kelola destinasi pariwisata yang menekankan
pentingnya pelestarian alam, budaya, lingkungan dan ekosistem kawasan
Danau Toba yang dikelilingi oleh Kabupaten Simalungun, Toba Samosir,
Karo, Dairi, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan
dan Samosir.
Danau Toba menjadi ikon pariwisata Sumatera Utara, dimana setiap kali
wisatawan memutuskan untuk datang ke Suamtera Utara, Danau Toba adalah
tempat wisata yang wajib dikunjungi. Keindahan alam dan pemandangan yang
ditawarkan sangat memikat. Dengan luas mencapai 1.127 kilometer
persegi, Danau Toba memiliki pulau di tengah-tengahnya yang bernama
Pulau Samosir dengan luas sekitar 600 kilometer persegi (selain Pulau
Samosir sebenarnya masih ada pulau-pulau kecil lainnya yang membuat
pemandangan di kawasan ini semakin memesona).
Danau Toba adalah
danau vulkanik, danau yang terbentuk akibat letusan gunung berapi, dan
merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Umumnya, yang dijadikan
tempat tujuan utama wisatawan untuk menikmati keindahan Danau Toba
adalah Parapat (Kabupaten Simalungun) dan Tuktuk Siadong (Samosir).
Untuk menyeberang ke Samosir ada beberapa jalur bisa dilalui,
jalan darat melalui Tele-Pangururan-Tuktuk Siadong. Kemudian dengan
kapal motor penumpang dari Parapat langsung ke Tomok atau Tuktuk
Siadong, ada juga kapal feri yang bisa mengangkut mobil dan kendaraan
lainnya dari Ajibata (Toba Samosir) ke Tomok (Samosir).
Keunikan
Danau Toba adalah memiliki panorama air, lembah, kekayaan budaya dan
merupakan sebuah muara air raksasa. Di seputar danau ini bermukim
penduduk dari berbagai suku, dikelililingi hutan tropis, hutan produksi
dan lahan pertanian. Permasalahan yang dihadapi Tao Toba saat ini
adalah makin menurunnya kepedulian masyarakat terhadap kelestarian
kawasan ekosistem kawasan Danau Toba. Badan Pelaksana Badan Koordinasi
Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba (BKPEKDT) pernah melakukan
penelitian dan menemukan air di Danau Toba telah tercemar, Badan
Lingkungan Hidup Provinsi pun pernah merilis bahwa Danau Toba terancam
pencemaran berat yang berasal dari limbah rumah tangga, restoran, hotel
serta ulah manusia yang membuang sampah sembarangan ke danau.
Masyarakat yang tinggal di kawasan ekosistem Danau Toba harus diedukasi
secara berkesinambungan untuk tetap menjaga kebersihan danau dari
sampah, kotoran dan limbah. Karena dari segi estetika, danau ini sangat
indah dipandang dari sudut mana pun. Keindahannya telah memikat hati
banyak wisatawan untuk datang kembali ke obyek wisata ini. Hanya saja,
kalau kita masih tetap mempertahankan pola-pola lama yang
meninggalkan aspek lingkungan dalam setiap gerak pembangunan di kawasan
ekosistem Danau Toba, perlahan tapi pasti danau ini akan semakin rusak
dan estetikanya akan hilang.
Sebenarnya,
gerakan untuk membersihkan danau dari sampah dan eceng gondok sudah
sejak lama dilakukan oleh berbagai lembaga swadaya masyarakat
bekerjasama dengan pemerintah, masyarakat di pinggiran Danau Toba pun
saat ini sudah semakin sadar akan arti pentingnya menjaga kebersihan
danau dan kualitas air danau. Program Clean-up Danau Toba juga sudah
dilakukan secara berkesenambungan di beberapa kabupaten/kota yang
bersinggungan langsung dengan kawasan danau.
Berbagai elemen saat
ini sudah menaruh kepedulian terhadap pelestarian kawasan Danau Toba.
Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana dengan penataan kerambah ikan
di kawasan danau - Pada event Pesta Danau Toba 2010 lalu, ada gagasan
untuk menetapkan Haranggaol sebagai zona perikanan air tawar. Bagaimana
tindak lanjut dari usulan ini - Apakah masyarakat dan pemerintah
benar-benar menjamin dengan ditetapkannya zona ini tidak akan ada lagi
kawasan kerambah (ternak ikan) yang muncul di luar daripada zona yang
telah ditetapkan ?
Ketika melihat secara langsung kawasan wisata
Danau Toba, masalah kebersihan lingkungan di obyek wisata dan banyaknya
eceng gondok di danau masih jadi persoalan utama yang harus diatasi.
Kemudian, tingkat kepedulian masyarakat dan pengunjung dalam membuang
sampah masih perlu sosialisasi secara berkesinambungan.
Danau
Toba adalah harta yang sangat berharga bagi Sumatera Utara, karena danau
ini memiliki keindahan ketika dipandang dari sudut mana pun. Kebersihan
lingkungan dan upaya pelestarian kawasan ekosistem Danau Toba perlu
dijaga oleh setiap orang yang datang dan berkunjung ke objek wisata ini.
Berwisata menikmati keindahan alam sekaligus menikmati perjalanan
wisatanya, dan yang terpenting adalah kedatangan kita ke kawasan wisata
bukan untuk membuang sampah atau menambah beban bagi upaya pelestarian lingkungan.
Apabila masyarakat pelaku wisata di kawasan Danau Toba benar-benar
mendukung upaya pelestarian lingkungan danau, ke depan akan memberi
multiplier effect terhadap perekonomian masyarakat di kawasan Danau
Toba. Kawasan ini bisa dikembangkan menjadi salah satu kawasan
pariwisata kerakyatan, dimana semua kegiatan yang berkaitan dengan
peningkatan ekonomi pro rakyat akan bersinggungan langsung dengan usaha
mikro kecil dan menengah (UMKM) yang ada dan hadir di kawasan wisata
Danau Toba. Misalnya, penjual suvenir, makanan, minuman, rumah makan
serta sektor usaha lainnya. Hanya saja, semua elemen harus benar-benar memperhatikan kebersihan lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan, apalagi mengotori danau.
Jika semua elemen ini bersinergi dengan baik dan saling menguatkan, ke
depan DTW kawasan wisata Danau Toba akan dikunjungi oleh banyak
wisatawan. Yang terpenting lagi adalah, masyarakat pelaku wisata di
Danau Toba harus sadar wisata, sadar lingkungan dan sadar aturan yang
berlaku, peningkatan arus kunjungan akan memberi dampak langsung
terhadap peningkatan perekonomian masyarakat. Adanya program dan
pelaksanaan pembersihan kawasan ekosistem danau Toba dari sampah maupun
eceng gondok pastilah mendapat perhatian khusus dari seluruh elemen
masyarakat di seluruh kawasan ekosistem Danau Toba. Masyarakat kalau
dilibatkan akan merasa dihargai. Karena Danau Toba bukan hanya milik
sekelompok orang, tapi milik semua masyarakat.
Eceng gondok di
Danau Toba perlu dibersihkan terutama pada lokasi-lokasi tempat
pemandian, dermaga kapal dan alur pelayaran. Akan tetapi, untuk lokasi
masuknya air limbah dari beberapa anak sungai atau parit yang mengalir
langsung ke danau, keberadaan eceng gondok perlu dipertahankan sebagai
filter (penyaring) guna menekan pencemaran air Danau Toba. Upaya
pelestarian Danau Toba sebenarnya tidak hanya masalah sampah dan eceng
gondok, penanaman kembali hutan yang gundul dan telah dieksploitasi oleh
oknum-oknum tidak bertanggungjawab harus segera dilakukan sejalan
dengan program pemerintah penanaman sejuta pohon.
Keindahan alam
Danau Toba telah membuat semua orang jatuh cinta untuk datang kembali
mengunjunginya. Ayo, tunjukkan aksi nyatamu melestarikan kawasan
ekosistem Danau Toba. Apakah itu lewat aksi kecil dengan tidak membuang
sampah sembarangan atau aksi lainnya. Upaya pelestarian kawasan
ekosistem danau ini tidak akan berhasil kalau aksi untuk mengkampanyekan
"Danau Toba Bukan Tempat Sampah" hanya dituangkan di atas kertas. Aksi
ini harus nyata dengan melibatkan semua kalangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar